ETIKA BISNIS HINDU (2)

(Implementasi Weda dalam berbisnis)

Oleh:
IGNK Warthama.


Ya Tuhan Maha Pencipta, lindungilah kami  dari segala kejahatan, anugrahkanlah segala kebajikan yang bermanfaat bagi kami.

Itulah sebait doa yang kami petik dari Weda yang disusun oleh Bapak Titib yang perlu kita ucapkan setiap akan memulai usaha bagi setiap umat Hindu, baik pegawai negeri maupun wirausaha.
Untuk selanjutnya mari kita bahas kembali norma yang kedua dalam membedah Etika Bisnis Hindu.

 Prinsip Dasar Catur Purusartha.

Ajaran suci agama Hindu diwahyukan ke dunia dengan perantara para Rsi  sebagai pembimbing manusia mencapai dharma guna guna mendapatkan Jagadhita dan Moksa.  Dharma berarti sila dan budi yang luhur, demikian juga moksa, kebahagiaan yang abadi sukha tanpa mewali dukha, kesucian, lepasnya roh atau atma dari penjelmaan atau punaryanma merasakan dan menunggal Sanghyang Brahman adalah bagian dari empat tujuan hidup  manusia yang disebut  Caturpurusartha atau catur warga. Catur berarti empat, purusa berarti jiwa  atau manusia  dan artha berarti tujuan hidup. Caturwarga berarti  empat tujuan hidup yang terjalin erat  satu dengan yang lainnya.  Caturpurusartha atau catur warga terdiri dari Dharma, Artha, Kama dan Moksa.

            Kama berarti keinginan, nafsu duniawi dan naluri hidup(instinct). Artha berarti harta atau benda yang dapat memenuhi dan memberi keputusan kepada kama dan Dharma berarti sila-sila dan budhi yang luhur serta moksa berarti ketentraman rohani sebagai dasar kebahagiaan  abadi, sukha tanpa mewali dukha, kesucian dan bebasnya roh dari penjelmaan dan manunggal dengan Tuhan yang sering juga disebut kelepasan.

            Tiap-tiap pribadi , dikemudikan jiwa  dan hidupnya oleh salah satu dari catur purusartha atau catur warga ini yang merupakan landasan hidupnya  beraneka ragamlah sifatnya, watak dan gerak langkah  kerja manusia.  Sebagian besar orang, umat manusia  sebagai mana mahluk lain sepanjang hidupnya  dikendalikan dan diseret oleh kama, lincah kian kemari untuk mendapatkan pemuas nafsu  dan kebutuhan hidup yang disebut artha. Ada beberapa orang  disamping dikendalikan oleh kama memupuk kebajikan, beramal dan mengabdi sesamanya, tiada segan-segan berkorban artha dan kenikmatan demi kebahagiaan  sesama mahluk  dan untuk perikamanusiaan untuk jagadhita. Selain daripada itu sedikit benar orang yang berusaha dalam hidupnya untuk mencapai ketentraman bathin dan kebebasan perasaan dari tekanan pasang surut gelombang hidup duniawi ini untuk mencapai kesucian  dan yang disebut moksa atau kelepasan.

Dalam Brahma Purana disebutkan mengenai catur purusartha atau catur warga sebagai berkut: TUBUH ADALAH ALAT UNTUK MENDAPAT Dharma, artha, kama dan Moksa.. 

Agama sebagai petunjuk suci untuk mendapatkan kesempurnaan  menekankan Dharma sebagai pedoman hidup yang terpenting, karena Dharma atau sila dan budi pekerti yang tinggi merupakan dasar  budipekerti Jagadhita yakni  kesejahteraan diri, keluarga, masyarakat, sesama manusia dan mahluk. Selain dari pada itu Dharma adalah pembuka pintu kebahagiaan sorga dan penjelmaan yang disebut  Swarga Cyuta, dan kelepasan moksa atau mukti. 

            Dalam Sarasmuccaya dijelaskan bahwa: Dharma itu adalah suatu alat untuk datang ke surga, untuk mendapatkan artha sebagian besar hidupnya dikendalikan oleh Dharma bagaikan perahu yang menjadikan alat bagi pedagang untuk menyebrang samudra.

            Bhagawan Waicampayana memberikan petunjuk kepada Janamejaya dalam sarasamuccaya mengenai pentingnya Dharma sebagai pengendali artha dan kama. Bila dharma tidak mengendalikan  artha dan kama, maka akan terjadi, pengisapan penindasan, penghinaan  kekejaman terhadap sesama manusia dan sesama mahluk serta kejahatan akan merajalela dan akan terjadi binatang ekonomi (Economic animal). Oleh karena itu ajaran agama menyarankan hendaknya manusia mempergunakan Dharma sebagai kemudi hidup untuk mencapai Jagadhita, kesejahteraan dan kesentosaan material dan untuk mencapai moksa.

            Selanjutnya kita kaji, bagaimana implentasi Catur Purusartha dalam berbisnis ?

Seperti telah diuraikan diatas bahwa bisnis tetap mengenal etika, tetapi dalam realitas konkret operasional kita menemukan bahwa prinsip-prinsip etika bisnis sering tidak berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip etika bisnis sebagai mana mestinya.

Namun demikian perlu kita kaji akar masalah dari etika bisnis yang tidak berjalan sesuai aturan etika bisnis.
Etika adalah menyangkut masalah hubungan antara manusia. Etika bisnispun sebagaimana telah dibahas didepan menyangkut hubungan antar manusia dalam bisnis yaitu dalam memenuhi kebutuhan Kama. Itu berarti  masalah yang dihadapi oleh etika pada umumnya maupun etika bisnis  khususnya juga timbul dari hubungan antar manusia ini dalam mencari artha untuk memenuhi kebutuhan kama, baik pada tingkat mikro maupun makro. Namun dmikian berdasarklan kitab sarasamucchaya untuk mencari artha untuk memenuhi kama hendaknya Dharma dilaksanakan terlebih dahulu.

Apabila kita petakan hubungan –hubungan yang terjalin dalam dunia bisnis, memungkinkan kita melihat dalam konteks mana prinsip-prinsip etika bisnis bisa diterapkan dan apa yang menjadi penyebab belum beroperasinya prinsip-prinsip etika bisnis sesuai dengan catur purusartha.

Menurut Keith Devis dan Wiliam C. Frederick membedakan model hubungan dalam bisnis menjadi dua yaitu:

1.      Hubungan primer
Hubungan primer meliputi semua hubungan langsung yang diperlukan suatu perusahaan untuk melaksanakan fungsi dan misinya yang utama, yaitu memproduksi barang dan jasa untuk masyarakat. Hubungan –hubungan primer ini biasanya berlangsung melalui pasar bebas, tempat terjadinya interaksi membeli dan menjual barang dan jasa. Inilah hubungan yang sering dianggap sebagai satu-satunya hubungan bisnis dengan masyarakat.

2.   Hubunga Sekunder
Hubungan sekunder meliputi berbagai hubungan dengan kelompok-kelompok ma syarakat yang merupakan akibat dari pelaksanaan fungsi dan misi utama wirausaha. Hubungan-hubungan ini terjalin secara tidak langsung dan bukan merupakan hubungan yang paling menentukan hidup atau matinya perusahaan itu.

Dengan menempatkan kedua hubungan di atas dalam suatu model interaktif kita dapat melihat bahwa sikap yang mengabaikan hubungan sekunder merupakan sikap kurang bijaksana. Karena dalam kenyataannya, hubungan sekunder sangat berpengaruh terhadap hubungan primer serta seluruh operasi wirausaha tersebut.

Hubungan interaktif tersebut merupakan pola hubungan yang konkret, namun disitulah letak permasalahannya yaitu:  Hubungan interaktif  praktek bisnis tidak sesuai dengan etika bisnis.

Namun demikian, dalam bisnis hindu  bila kita kompilasikan  hubungan primer dan hubungan sekunder dengan konsep catur purusartha (catur warga) maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Dalam pemenuhan kama, dalam hal ini melaksanakan fungsi dan misi usaha, hendaknya selalu di kontrol oleh dharma, sehingga artha yang dihasilkan akibat pelaksanaan fungsi dan misi tersebut menghasilkan jagadhita dan untuk kebaikan masyrakat yang serasi dan seimbang. 

Dalam kitab sarasamuccaya  mengatakan bahwa ada tiga macam pahala khidupan manusia yaitu Dharma, artha dan kama, ketiga pahala ini jangan dikuasai oleh adharma.Kemudian dengan dharma pula manusia melaksanakan korban suci yaitu yadnya.(bersambung)






0 komentar anda:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar atau menyampaikan informasi atau sekedar mengekpresikan diri. minimal 10 kata, maaf di bawah 10 kata kami tidak terbitkan. thanks